Selamat datang di cerpenislami.com

Selamat membaca beragam cerpen yang ada di website ini. Anda juga bisa mengirimkan karya. Informasi, silakan membacanya di bagian footer, ya.

Untuk apa kita menulis? Ya, untuk beribadah, berdakwah, berjuang, dan berbagi dengan sesama. Bagi saya, menulis adalah perjuangan. Teruslah menulis jika ingin tetap berjuang.
Di atas sungai Seine yang mengalir tenang, waktu seakan berhenti berputar. Di dalamnya, aku adalah seorang musafir yang tersesat dan kehabisan bekal. Tenggelam dalam kepedihan di tengah keindahan Paris yang menakjubkan. Dengan menara Eiffel yang angkuh menjulang dan gemerlap cahaya lampu di sepanjang L’avenue des Champs-Elysees. Aku rindu maman dan grand-pere.
Waktu akan menyembuhkan luka, tapi kita tidak akan pernah lupa pada sakitnya. Aku tahu kamu menyayangi aku seperti kamu menyayangi dirimu sendiri. Aku tidak meminta banyak darimu. Aku bahkan tidak mempermasalahkan ngaji dan jilbabmu. Apa kamu tidak bisa menerima aku apa adanya? Kenapa kamu menyakiti dirimu sendiri?
“Maafkan aku, karena aku tak menjawab pertanyaan yang kamu kirim via SMS dan e-mail tentang siapa aku. Karena aku pikir kamu nanti pasti akan tahu siapa aku. Dan ternyata benar. Siang tadi kamu berhasil melihatku. Akulah yang duduk di pojok kiri paling depan jajaran akhwat. Aku penggemarmu sejak SMP dan terakhir SMU kelas 1. Kebetulan sekolahku tetanggaan dengan sekolahmu. Tetap berjuang untuk Islam, kawan. Oya, namaku adalah Siti Fauziah Ulfah. Nama account e-mailku: Si Paul”

Kasawari (18)

18 Letak Keadilan Sang Maha Adil Suatu malam, ketika hanya aku dan Mak e bercengkerama bersama di teras rumah, sedangkan […]

Kasawari (17)

17 Andai Kami Jadi Kaya Hari ini adalah hari pertama Mak e pergi bekerja. Segala puji bagi-Nya, ramadhan telah terlewati […]

Kasawari (16)

16 Keberkahan Bulan Ramadhan Aku sangat menikmati bulan puasa yang berkah ini. Entah mengapa rasanya tenang. Dan berita baiknya, aku […]

Kasawari (15)

15 Kebohonganku di Bulan Puasa Mak Cik Tini bungkam seribu bahasa. Tak ada lagi yang bisa dia gosipkan pasal aku. […]

Kasawari (14)

14 Mak e: Surgaku Surga di telapak kaki ibu, begitulah kata ustad mushollah padaku. Dikatakannya, kalau kita—sebagai anak—mendurhakainya, maka neraka […]