#10 Ulah Dulah

#webseriesramadhan | Serial Marbot Madani | By: O. Solihin

“Bang, tukang obat digebukin orang!” Dulah tergopoh nyamperin Bang Faisal yang lagi ngidupin sepeda motor matic-nya.

“Eh, ada apa ini, Dulah? Kok ujug-ujug ngasih tahu begini?” Bang Faisal heran.

Dulah, anak kampung sebelah yang biasa ikut kajian umum untuk anak-anak di Masjid Daarun Niaam menceritakan secara rinci kejadian yang barusan diinfokan ke Bang Faisal.

“Nah, dari dulu kan Abang udah dijelasin. Jangan banyak nyeletuk. Jangan nyoba-nyoba sesuatu karena penasaran. Bisa-bisa bukan ente doang yang kena akibatnya. Tapi juga orang lain yang kebawa gara-gara ulah ente. Kayak gini kejadiannya, nih!” Bang Faisal setengah marah sambil melotot ke arah Dulah.

Dulah nggak ngomong apa-apa. Ia hanya memainkan jari-jari tangannya.

“Kamu nyesel, nggak?” tanya Bang Faisal.

Dulah cuma menganggukkan kepala.

“Ayo, kita minta maaf ke tukang obat!” Bang Faisal nunjuk ke arah jok motor agar Dulah segera naik.

Setelah sampai ke tempat yang ditunjukkan Dulah, tampak seorang lelaki dengan muka lebam mahan sakit. Di sekitarnya sudah berserakan rupa-rupa obat-obatan dagangannya, batu-batu kecil, bahkan ada tong sampah.

Bang Faisal geleng-geleng kepala, “Dulah, jadi ini semua gara-gara ente!”

Dulah mengkeret. Tak berani menegakkan kepalanya.

“Ayo, minta maaf!” Bang Faisal menarik tangan kanan Dulah.

“Anak ini nggak sepenuhnya salah,” si lelaki yang mukanya lebam itu buka suara.

“Kok bisa?” Bang Faisal tampak heran.

“Ini risiko pekerjaan saya sebagai tukang obat yang juga sering menggunakan trik sulap untuk menarik pengunjung,” terbata-bata si lelaki itu sambil berusaha untuk duduk.

Lalu, tukang obat menceritakan semua kejadian sampai akhirnya ia digebukin orang. Ternyata tukang obat yang mempromosikan dagangannya itu ketahuan hanya mengulur-ulur waktu saja. Di hadapannya ada semacam jenazah yang lengkap dibalut kain kafan. Menurut pengakuannya, dia bisa membangunkan jenazah tersebut.

Sambil terus berpromosi segala macam obat untuk mengumpulkan sebanyak mungkin orang yang diharapkan mau membeli obatnya. Ditunggu hingga tiga puluh menit lebih, namun si jenazah tak jua dibuat bangun sama tukang obat tersebut. Sebagian orang mulai tak sabar lalu beranjak pergi. Jika itu yang terjadi, maka si tukang obat buru-buru melakukan sebuah adegan seolah hendak membangunkan jenazah. Sehingga orang yang tadinya mau pergi balik lagi karena penasaran.

Tapi aksi membangunkan jenazah tak kunjung dilakukannya. Hingga akhirnya Dulah diam-diam mendekati sosok yang katanya jenazah itu dari belakang yang tak disadari tukang obat. Lalu cepat-cepat Dulah membuka tali pengikat kain kafan itu. Ternyata hanya batang pohon pisang. Kontan orang-orang yang hadir kecewa lalu ramai-ramai menghakimi si tukang obat.

Bang Faisal campur aduk perasaannya, antara miris dan kesal mendengar penuturan tukang obat itu. Akhirnya bilang ke abang tukang obat.

“Bang, Allah tak melarang kita jualan obat. Selama obat itu halal. Tapi jangan sampai membohongi apalagi menipu orang,” Bang Faisal mulai nasihatin.

Si abang tukang obat diem aja karena sambil nahan rasa sakit.

“Mungkin dengan perantaraan ulah si Dulah ini, semoga menjadi pengingat abang agar tak berbohong dan menipu orang lagi. Di bulan Ramadhan pula dilakukannya. Hadeuuh…” kembali Bang Faisal nyeramahin.

Tukang obat tetap diam. Mukanya emang udah bonyok. Tapi anehnya nggak ada yang mau membawanya ke puskesmas, termasuk Bang Faisal. Malah diceramahin panjang lebar. Dengar kabar sih, banyak orang udah nggak percaya sama si abang tukang obat ini. Ibarat kata, derita elo, dah. Kagak mau nolong. Itu risiko jadi tukang nipu orang. Kejam juga, ya.

Sore harinya, Bang Faisal ngisi kajian remaja di Masjid Daarun Niaam. Temanya tentang “Jangan Berbohong”. Ada satu hadits yang Bang Faisal kutip. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam, “Sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan menghantarkan kepada surga. Seseorang yang berbuat jujur oleh Allah akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya bohong itu akan menunjukkan kepada kelaliman, dan kelaliman itu akan menghantarkan ke arah neraka. Seseorang yang terus menerus berbuat bohong akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong.” (HR Bukhari dan Muslim)

Aji dan kawan-kawan Marbot Madani manggut-manggut. Ada yang benaran ngerti, ada juga karena terkantuk-kantuk nahan lapar. Maklum kajiannya memang menjelang buka shaum.[]

Sumber dari O. SOLIHIN

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.