Thony Si Ikhwan

By: Agusmantono

 

THONY orangnya cakep, cool and confident. Body atletis tampang Mandarin. Mirip-mirip personel F4. Apalagi kalau dilihat dari lantai tiga GB III tempat Thony kuliah. Sempurna. Pantas cewek-cewek seisi kelas semua pada nguber-nguber doi.

Bukan cuma teman-teman seangkatan, kakak-kakak tingkatnya pun pada ikut-ikutan nguber. Semua coba pdkt sama Thony, propose-nya tentu kalau bisa jadi pacarnya.

Namun sayang, bak nguber anak kelinci, Thony makin diuber makin lari. Dibilang jual mahal, nggak juga sih. Doi orangnya ramah banget. Kalau ditegur selalu menjawab. Bahkan selalu pakai bonus senyum manis, bikin cewek-cewek pada terbang.

Tapi jangan berharap lebih banyak lagi, doi biasanya nggak akan mau berlama-lama. Bak petir di musim banjir doi akan segera berlalu cepat-cepat.

Ya, bisa dibilang gayanya di Thony itu jinak-jinak merpati. Dikejar dia lari, didiamin makan hati. Habis cakep sih, sayang kalau didiamin saja.

Anehnya, meski cakep Thony belum punya pacar. Begitulah kabar yang tersiar seantero kampus. Benar-benar aneh memang. Banyak yang tidak percaya. Mestinya cowok cakep kayak Thony itu pacarnya banyak. Bisa empat atau lima, bahkan lebih. Pokoknya enggak akan mungkin ikut tercatat di BPS terkena sensus jomblo. Soalnya, tidak dicari pun cewek-cewek pada datang sendiri.

Tapi dasar Thony, orangnya memang aneh sih. Kalau jalan aja bawaannya nunduuuk.. terus. Persis kayak orang lagi nyari duit kececer. Atau jangan-jangan emang lagi nyari kalau-kalau ada puntung rokok nganggur (He he he…, kayak pemulung aja).

Thony tuh kalau ngomong sama cewek nggak pernah mau lama-lama. Mana pas ngomong, matanya ke mana-mana lagi. Masa ngomong sama orang lihatnya ke tanah. Emangnya yang lagi ngomong cacing tanah apa?

Ghadul bashar, Cing! Menahan pandangan.” begitu alasannya.

Satu lagi, Thony kalau diajak jalan bareng sama cewek nggak pernah mau. Selalu saja pengen duluan. Kalau deket-deket cewek lagunya kayak takut kesetrum saja. Nggak mau deket-deket, takut banget kalau sampai kesenggol.

Dan yang paling aneh lagi, doi nggak mau nyambut salaman anak-anak cewek! Wuih…! Ini yang bikin heboh anak-anak sekelas. Udah banyak cewek yang kena batunya, terpaksa tarik mundur tangan yang terlanjur terulur, soalnya doi santai saja merapatkan tangan di depan dada, kayak orang mau semedi. Kontan bikin orang jadi confuse, hang kayak komputer butut generasi pertama. Thinking hard.

Tapi ya, namanya Thony, bawaannya senyum aja lagi. So innocent! “Kita kan bukan mahram.” katanya.

Kata orang doi jadi begitu gara-gara doi tuh ikhwan. Nggak ada yang tahu apa maksudnya ikhwan itu. Mungkin sejenis bakwan atau tekwan yang suka lewat malam-malam di depan rumah. Anak-anak pas mendengar istilah itu langsung rame-rame menyerbu Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semua pada sibuk mencari arti kata ikh. Mereka fikir ikhwan itu barang kali berasal dari kata dasar ikh ditambah akhiran wan. Seperti kata wartawan, karyawan, rupawan dan sebagainya. Tapi, ya sampai lecek tuh kamus dibolak-balik, tidak ketemu juga.

Pernah ada cewek yang nekat nyanya langsung sama Thony, “Ikhwan itu apa sih, Thon?”. Yang ditanya— seperti biasanya, keep smile — enteng saja menjawab, “Tanya aja sama akhwat.”

Iihh…, dasar Thony, bukannya ngejelasin malah nambah istilah baru. Pusiiiing….!

ooOoo

Pagi itu kuliah belum mulai. Dosennya belum datang. Anak-anak memanfaatkan waktu itu untuk membaca. Ada pula yang bertukar pikiran dengan teman alias ngobrol. Ada juga yang cekikikan ngerumpi. Tapi semua kesibukan itu tiba-tiba terhenti ketika seseorang berteriak di depan kelas.

“Hoii…! Perhatian… perhatian! Ada kabar heboh!” Kosim membuka kedua telapak tangannya di depan mulut, membentuk corong mirip megaphone. “Thony hari ini potong rambut! Pangkas habis alias gundul!”

“Haa???” orang-orang ternganga. “Gu-ndul?”

“Iya. Kalau tidak percaya, lihat aja tuh di bawah! Dia lagi jalan ke sini!”

Tiba-tiba seisi kelas mendekat ke jendela. Semua berebutan ingin melihat ke luar. Mereka terheran-heran melihat bola licin bergerak-gerak, berkilau-kilau di terpa cahaya matahari di bawah sana. Alamaak! Itu kepala Thony?!

ooOoo

Berita kegundulan Thony dengan cepat menyebar ke segala penjuru mata angin. Biang-biang gosip bergembira ria mendapatkan topik hangat yang sangat menarik untuk di rumpiin. Banyak yang menyesalkan mengapa Thony mencukur habis rambutnya yang keren itu. Padahal rambutnya bagus sekali. Dengan bernampilan gundul seperti itu, tentu saja seakan-akan ada yang hilang dari Thony. Thony bukan yang dulu lagi. Ia sekarang kelihatan lebih culun.

“Gue nggak habis fikir deh, kenapa ya Thony mencukur rambutnya?” Vyna menggigit roti keringnya. Mereka berlima, Vina, Lia, Andin, Rina dan Kosim, siang itu nongkrong di kantin.

“Ya, gue juga. Padahal dulu rambutnya bagus banget.” Lia menimpali. Cewek itu kemudian menyedot teh botol di depanya. Pipinya menggembung.

“Kalau gue sih, ngga heran-heran amat. Soalnya sebelum potong rambut kemarin, Thony sempat kecewa gara-gara gue tolak cintanya. Jadi… mungkin dia frustasi, begitu.”

“Huuu…!!” Andin kerepotan mengelak jitakan teman-temannya.

“Gue fikir kita selamanya tetap akan jadi penasaran, selama teka-teki penyebab Thony jadi begitu belum terpecahkan.” Rina kemudian menyelesaikan soft drink-nya. “Gue rasa hal ini perlu ada yang menyelidiki, supaya kita bisa sama-sama tahu.”

“Iya, gue setuju. Soalnya gue nggak yakin Thony potong rambut tanpa sebab yang jelas. Jangan-jangan dia memang punya pacar di belakang kita yang telah bikin dia frustasi.”

“Atau jangan-jangan… ini juga gara-gara dia… apa itu namanya?” Lia menggaruk-garuk kepalanya. Kesemua temannya melongo. “Ikhwan!” jeritnya kemudian.

“Ya, ikhwan. Mungkin gundul itu gara-gara doi ikhwan juga.”

“Itulah, kita perlu menyelidikinya.”

“Ya!” Andin mengangkat telunjuknya. “Biar gue aja yang menyelidiki!”

“Jangaaan!!” semua membantah.

“Jangan elo Din,” lanjut Rina. “Jelasnya jangan cewek! Soalnya, lo tahu sendiri kan gimana sikap Thony sama cewek. Nggak respect! Rencana kita pasti gagal.” Rina menjelaskan.

“Bener juga, ya…” Andin mengangguk-angguk. “Jadi…”

Semua saling berpandangan.

“Koo-siim!” teriak mereka serempak.

Kosim yang sedang asyik makan jadi terbatuk-batuk. Satu biji bakso yang belum sempat ia kunyah tertelan bulat-bulat. Setelah meneguk minuman berkali-kali Kosim buru-buru protes.

“Kok gue sih? Gue kan nggak perlu. Lo tuh yang pada butuh!”

“Kita minta tolong, Sim. Please deh. Ntar kita kasih elo imbalan. Tenang aja!”

“Imbalan…, emang gue orang suruhan apa?” Kosim tidak terima.

“Yee…bukan begitu Sim. Demi teman, berkorban dikit dong. Please deh, nanti kita bayar lo makan setiap hari di kantin ini, selama satu bulan!”

“Ha? Satu bulan?” Kosim mendelik. “ Mau! Mau!…”

Dan… Kosim pun beraksi. Setelah mereka bubar hari itu, Ia langsung memulai menjalankan aksi penyelidikannya. Langkah pertama yang diambil, ya.. tentu saja mulai mendekati Thony. Rina cs melepasnya dengan perasaan was-was. Ceileh…, kayak melepas pergi perang saja.

Hari-hari penyelidikan Kosim pun berlalu. Setiap hari, sesuai janji mereka, Rina dan teman-temannya terpaksa membandari Kosim untuk makan di kantin. Kosim kelihatan menikmati sekali tugas intelijennya. “Sering-sering aja gue disuruh begini, ya.” Katanya sambil mengunyah Bakso.

Rina cs cemberut. “Elo jangan mentang-mentang dibayari makan, ntar malah lo ulur-ulur terus ngasih tahu kami.”

“Awas lo kalau sampai ngerjain kami. Gue tonjok tau rasa lu!” Via memamerkan tinju atlet beladirinya.

“Oke, oke fren. Pecaya deh ama Kosim. Nggak bakal kecewa!” Kosim pun meneruskan makan dengan lahap. Rina cs saling berpandangan. Khawatir.

“Kita kasih lo waktu satu minggu Sim, untuk melaksanakan tugas lo.”

“Ha?? Satu minggu?” Kosim terbelalak. “Kan janjinya sebulan?”

“Sebulan itu kita bayar elo makan. Satu minggu waktu penyelidikan. Kalau berhasil kontrak dilanjutkan, kalau tidak…, sori banget ya, kita nggak bisa!” Andin mencibir.

“Jahat lo!” Kosim mendelik.

“Terserah. Daripada kami buntung…”

ooOoo

 

Hari ini genap sudah satu minggu sudah penyelidikan Kosim.

“Sudah saatnya Kosim memberikan hasil penyelidikannya.” Ingat Andin kepada gank-nya.

“Ya, sore nanti kita ke rumahnya.” Rina ber-ide. Memang hari itu hari minggu sehingga mereka tidak bisa ketemu Kosim di kampus.

“Oke, gue sepokat!”

“Ya, gue setuju.”

“Cucok bo! Go go go!”

Dan sore itu mereka pun bersama-sama pergi ke rumah Kosim. Setelah bolak-balik nanya sana-sini akhirnya mereka pun berhasil menemukan rumah Kosim yang cukup tersembunyi itu. Via sempat ngomel karena mobilnya sempat menyerempet pagar rumah penduduk, karena jalan yang sempit. “Ngapain Kosim milih rumah di tempat pedalaman gang ginian?” omelnya.

Sampai di rumah Kosim mereka bertiga segera mengetuk pintu. Rina, Via, Andin dan Lia semuanya terbelalak melihat siapa yang membukakan pintu untuk mereka. Seseorang dengan wajah super culun berdiri di depan pintu. Kosim! Dia… gundul!

“Kamu kenapa, Sim?” tanya Rina seakan tak percaya dengan pemandangan di depannya.

Kosim kelihatan tenang-tenang saja. “Masuk!” katanya mempersilahkan.

“Tunggu sebentar, ya, gue ambilkan minum. Sorry di rumah ini gak ada pembokat, jadi mesti ambil sendiri.”

Sambil bernyanyi-nyanyi Kosim melenggang ke belakang. “Prek keprek keprek…! Pre keprek keprek…!”

Rina cs tak luput mengiring langkahnya dengan tatapan khawatir.

“Ya ampun, Kosim. Lu tahu nggak, elu tuh bener-bener nggak enak dilihat gundul begitu. Ada rambut aja lu jelek, apalagi gundul?” Andin langsung menyerbu ketika Kosim sudah datang dengan minuman di tangannya.

Kosim tetap cuek. “Prek keprek keprek…! Pre keprek keprek…!”

“Mana janji elu kemaren, ini sudah seminggu lho. Sudah saatnya elu kasih tahu kami hasil penyelidikan elu terhadap Thony.” Buru Via.

Kosim mengangkat kepalanya. “Oke… oke! Gue akan jelaskan semuanya. Tapi Sebelumnya gue mohon maaf jika apa yang gue sampaikan nanti sedikit mengecewakan kalian.”

Kosim batuk-batuk sedikit sebelum melanjutkan.

“Begini, asal kalian tahu ya, gue cukur rambut jadi gundul begini karena gue ingin seperti Thony.”

“Idiihh, nggak mirip tahu. Tetap aja lu jauh lebih jelek!” Andin memotong.

“Sebentar, gue belum selesai. Maksud gue bukan meniru gaya fisiknya. Gue cukur rambut murni dengan niat untuk mengurangi kemungkinan cewek-cewek naksir gue.”

“Haaa??” ketiga cewek di depan kosim sama-sama melotot.

“Ya. karena alasan itulah Thony mencukur rambutnya. Demikian juga gue. Kita tidak ingin menempati tempat di hati cewek-cewek, di mana tempat itu seharusnya Allah-lah yang menempatinya. Cewek-cewek semestinya lebih baik memikirkan pelajaran daripada memikirkan kite-kite. Tul nggak?”

Ketiga cewek itu saling berpandangan.

“Dan elu-elu tahu nggak, thony nggak mau salaman selama ini, itu karena dia mau mengikuti sunnah Rosul. Rosulullah tidak pernah menjabat tangan wanita yang bukan mahromnya. Thony juga tidak mau pacaran dengan alasan, itu nggak ada dalam aturan Islam. Itu haram hukumnya”

Ketiga orang itu semakin bengong mendengar penjelasan Kosim.

“Thony kalau bicara dengan cewek selalu menunduk, itu namanya gadhul bashar alias menjaga pandangan. Setan bisa saja masuk lewat pandangan kita. Agar tidak tergoda sama cewek-cewek cantik, kita harus menundukkan sebagian pandangan kita.”

“Dan gue sekarang udah ninggalin musik-musik Jahily yang gue nikmatin selama ini. Nggak ada faedahnya. Mending dengar nasyid, selain mengandung hikmah, isyaAllah berpahala! Lagu yang gue nyanyiin ini adalah salah satu contoh lagu nasyid. Lagu ini judulnya membaca, penyanyinya grup nasyid Snada. Gue baru dapat minjam kasetnya dari Thony. Kalau elu-elu mau, Thony punya banyak. Pasti dia mau kasih pinjam kalian. Prek keprek keprek…! prek keprek keprek…!” Kosim bernyanyi lagi.

“Lagu ini sebenarnya panjang dan nggak cuma prek keprek keprek doang. Tapi yang gue hafal memang baru itu. Jadi sementara waktu itu aja yang gue nyanyiin. Insyaallah maksudnya sampai. Nggak apa-apa, toh? Prek keprek-keprek. Prek keprek keprek.” Kosim bernyanyi lagi.

“Kalian bingung ya? Nggak pa-pa deh, silahkan berbingung ria dulu. Nanti kalau mau lebih jelas silahkan tanya ama ustad-ustad, ya? Prek ke prek keprek..! Prek keprek keprek…!

Rina, Via, Andin dan Lia kembali saling berpandangan. Wah gawat temen-temen, Kosim telah tertular penyakit Thony![]

 

Sumber: Majalah SOBAT Muda, Edisi 06/Maret 2005

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.